Jumat, 30 Desember 2016

Penyakit/kelainan pada sistem gerak


KANKER TULANG
Kanker tulang adalah jenis kanker yang menyerang tulang. Penyakit ini dapat diidap oleh anak-anak hingga orang dewasa.
Kanker tulang terbagi menjadi dua, yaitu kanker tulang primer dan sekunder. Dinamakan kanker tulang primer bilamana kanker tersebut muncul dan berkembang langsung di dalam tulang. Sedangkan kanker tulang sekunder adalah kanker yang berasal dari bagian tubuh lain yang menjalar ke tulang.
Seluruh tulang di dalam tubuh bisa terserang oleh penyakit ini, namun sebagian besar terjadi pada tulang kaki dan lengan.
Berikut ini beberapa gejala penyakit kanker tulang, diantaranya:
§  Nyeri. Seseorang yang terkena kanker tulang akan merasakan nyeri pada daerah tulang yang diserang. Nyeri ini biasanya berangsur-angsur meningkat dan memburuk, terutama ketika tulang digerakkan atau ketika malam hari.
§  Pembengkakan. Daerah sekitar tulang yang terkena kanker akan mengalami pembengkakan dan berwarna kemerahan. Bahkan jika pembengkakan terjadi di dekat suatu sendi, maka sendi tersebut akan sulit digerakkan.
§  Pelemahan tulang. Kanker tulang menyebabkan tulang menjadi lemah atau rapuh. Bahkan jika sudah parah, jatuh biasa atau cedera kecil saja bisa membuat tulang patah.
§  Tubuh terasa lelah.
§  Penurunan berat badan.
§  Demam.
§  Berkeringat, terutama pada malam hari.
Pada orang dewasa, gejala nyeri tulang kadang-kadang disalahartikan sebagai radang sendi. Pada anak-anak dan remaja, kadang-kadang disalahartikan sebagai efek samping dari pertumbuhan tulang. Sebaiknya temui dokter jika Anda atau anak Anda terus-menerus merasakan nyeri pada tulang selama lebih dari tiga hari.
Penyebab kanker tulang
Penyebab pasti kanker tulang belum diketahui, namun kondisi ini diduga disebabkan adanya perubahan atau mutasi di dalam struktur DNA yang mengendalikan pertumbuhan sel sehingga sel-sel tersebut terus tumbuh di luar kendali. Penumpukan sel-sel ini kemudian membentuk tumor yang dapat menyerang struktur tulang di dekatnya atau bahkan menyebar ke bagian tubuh lainnya.
Berikut ini beberapa faktor yang diduga dapat meningkatkan risiko seseorang terkena kanker tulang.
§  Paparan radiasi tinggi dari suatu pengobatan yang pernah dialami penderita, misalnya radioterapi.
§  Pernah memiliki riwayat suatu jenis kanker mata yang disebut retinoblastoma saat kecil.
§  Pertumbuhan tulang yang cepat pada pubertas.
§  Menderita penyakit Paget, yaitu suatu kondisi yang dapat menyebabkan tulang lemah.
§  Menderita penyakit hernia umbilitikus sejak lahir.
Jenis-jenis kanker tulang
Berdasarkan tempat sel kanker bermula, ada tiga jenis kanker tulang yang umum terjadi, di antaranya:
§  Osteosarcoma. Kanker tulang ini berkembang di dalam jaringan baru pada tulang yang sedang tumbuh. Jenis ini biasanya menyerang tulang paha dan tulang betis.Osteosarcoma bisa diidap siapa saja, namun yang paling umum adalah remaja dan orang-orang yang baru menginjak usia dewasa.
§  Ewing’s sarcoma. Kanker tulang ini berkembang di dalam jaringan saraf yang belum dewasa pada sumsum tulang. Jenis ini biasanya menyerang tulang paha, tulang betis, dan tulang panggul. Ewing’s sarcoma lebih sering diidap remaja ketimbang orang dewasa.
§  Chondrosarcoma. Kanker tulang ini berkembang di dalam tulang rawan. Biasanya menyerang tulang paha, tulang panggul, tulang rusuk, tulang belikat, dan tulang lengan bagian atas. Chondrosarcoma biasanya diidap oleh orang-orang yang berusia 30-60 tahun.
Tahapan perkembangan kanker tulang
Ada empat tahapan yang menentukan tingkat keparahan suatu penyakit kanker tulang, di antaranya:
§  Stadium 1. Pada tahap ini kanker baru mengenai satu bagian tulang dan belum menyebar ke bagian lainnya.
§  Stadium 2. Hampir sama seperti stadium 1, tapi pada tahap ini kanker masih berada di satu bagian tulang dan belum menyebar. Pada tahap ini, agresivitas kanker sudah mulai terlihat.
§  Stadium 3. Pada tahap ini kanker sudah mulai menyebar ke lebih dari satu area pada tulang yang sama.
§  Stadium 4. Pada tahap ini, kanker yang menggerogoti tulang telah menyebar ke bagian-bagian lainnya di dalam tubuh, misalnya paru-paru, hati, atau otak.
Penentuan tingkat keparahan kanker tulang bisa dilakukan melalui diagnosis. Hal ini berguna dalam membantu dokter untuk memberikan pengobatan yang tepat.
Diagnosis kanker tulang
Untuk mengetahui apakah seorang pasien menderita kanker tulang, selain menanyakan tentang gejala-gejala yang dirasakan, dokter perlu melakukan beberapa tes. Jenis-jenis tes ini di antaranya adalah:
§  Tes darah. Tes ini dapat mengetahui adanya kanker tulang melalui perubahan yang terjadi di dalam darah. Misalnya naiknya kadar enzim alkalin fosfatase akibat osteosarkoma. Kegunaan lain dari tes darah adalah untuk memastikan bahwa pasien bukan menderita kondisi lain, misalnya artritis atau radang sendi yang juga dapat menyebabkan gejala nyeri seperti pada kanker tulang.
§  Biopsi. Selain dapat mendeteksi keberadaan kanker tulang, tes ini juga dapat menentukan tingkat keparahan penyakit tersebut bila ada. Biopsi dilakukan dengan cara mengambil sedikit sampel dari tulang untuk selanjutnya diteliti di laboratorium. Tes ini dianggap sebagai cara paling akurat untuk mendiagnosis kanker tulang.
§  Sinar-X. Melalui tes ini dapat diketahui apakah kerusakan tulang yang dialami oleh pasien disebabkan oleh kanker atau kondisi lainnya. Selain kerusakan tulang, pertumbuhan tulang yang tidak wajar akibat kanker juga dapat terdeteksi melalui pemindaian X-ray.
§  Pemindaian tulang. Tes ini dilakukan dengan cara menyuntikkan sejumlah bahan radioaktif ke dalam pembuluh vena. Bahan tersebut nantinya akan diserap oleh tulang. Biasanya tulang yang bermasalah atau tidak normal akan lebih cepat melakukan penyerapan dibandingkan tulang yang normal. Informasi soal tulang yang didapat lewat pemindaian tulang biasanya lebih rinci daripada yang didapat melalui pemeriksaan sinar-X.
§  MRI scan. Melalui metode ini, tingkat keparahan penyebaran kanker di dalam tulang dapat diketahui. Dengan dibantu gelombang radio dan medan magnetik, MRI scandapat menghasilkan gambar tulang secara lebih rinci.
§  CT scanPemeriksaan ini dilakukan untuk mencari tahu apakah kanker tulang telah menyebar, misalnya ke paru-paru. Pemindaian yang menggunakan rangkaian sinar-X dan bantuan komputer ini dapat menghasilkan gambar bagian tubuh secara rinci dalam bentuk 3 dimensi.
Pengobatan kanker tulang
Pengobatan kanker tulang sangat bergantung pada tingkat keparahan kanker, lokasi kanker, dan bahkan jenis kanker itu sendiri. Meski demikian, penanganan utama kanker tulang biasanya dilakukan melalui operasi yang dikombinasikan dengan pengobatan lainnya, seperti kemoterapi dan radioterapi.
Beberapa jenis operasi bisa dilakukan untuk mengatasi kanker tulang, di antaranya:
§  Operasi pengangkatan tulang. Prosedur ini biasanya dilakukan jika kanker belum menyebar keluar tulang. Bagian tulang atau sendi yang terinfeksi kanker akan diangkat untuk selanjutnya diganti dengan tulang atau sendi buatan. Operasi pengangkatan ini juga masih bisa diterapkan jika kanker hanya baru menyebar ke jaringan-jaringan di sekitar tulang.
§  Amputasi. Amputasi biasanya dilakukan jika kanker tidak berhasil ditangani dengan operasi pengangkatan tulang atau jika kanker tulang telah menyebar, misalnya menuju saraf, pembuluh darah, serta kulit.
Kemoterapi
Kemoterapi merupakan metode pengobatan kanker yang melibatkan pemberian sejumlah obat-obatan. Pada penyakit kanker tulang, obat-obatan tersebut diinfuskan ke dalam pembuluh darah.
Pada kasus kanker tulang, kemoterapi biasanya dilakukan sebelum operasi dengan tujuan untuk menyusutkan kanker agar tidak perlu dilakukan amputasi, serta dilakukan setelah operasi agar kanker tidak muncul kembali. Selain itu, kemoterapi juga bisa dipadukan dengan radioterapi untuk diberikan kepada penderita Ewing’s sarcoma atauchemoradiation sebelum menjalani operasi. Jika penderita kanker tulang sudah tidak bisa ditangani lagi dengan cara apa pun, kemoterapi biasanya diberikan dengan tujuan untuk memperlambat gejala.
Waktu pelaksanaan kemoterapi biasanya dibagi menjadi beberapa siklus, di mana tiap siklus terdiri dari beberapa hari. Jumlah siklus yang dibutuhkan oleh penderita kanker tulang berbeda-beda, tergantung pada jenis dan tingkat keparahan penyakit yang diidap oleh mereka. Tiap siklus kemoterapi biasanya dipisahkan oleh jeda waktu beberapa minggu. Tujuan pemberian jeda waktu ini adalah agar penderita dapat memulihkan diri dari efek kemoterapi.
Beberapa efek samping kemoterapi adalah rambut rontok, rasa lelah, sariawan, diare, mual dan muntah, serta melemahnya sistem kekebalan tubuh. Biasanya efek samping ini akan hilang setelah pengobatan kemoterapi berakhir.
Radioterapi
Metode radioterapi dilakukan dengan menggunakan pancaran radiasi untuk menghancurkan sel-sel kanker. Pada kasus kanker tulang, radioterapi dapat digunakan sebelum atau sesudah operasi. Metode ini juga dapat dilakukan untuk memperlambat gejala kanker tulang pada penderita yang tidak bisa lagi diobati dengan cara apa pun.
Radioterapi biasanya dilakukan sebanyak lima sesi dalam seminggu dan satu sesi biasanya berlangsung sekitar 15 menit.
Sama seperti kemoterapi, radioterapi juga memiliki efek samping. Beberapa di antaranya adalah lelah, rambut rontok, nyeri sendi, mual, iritasi dan kemerahan pada kulit. Umumnya efek samping ini akan hilang setelah pengobatan radioterapi berakhir.
Peluang sembuh penderita kanker tulang
Kanker tulang yang belum menyebar ke organ tubuh lainnya atau yang masih terlokalisasi, lebih mudah ditangani ketimbang kanker tulang yang sudah menyebar atau bermetastasis. Faktor inilah yang nantinya akan berpengaruh pada peluang penderita untuk sembuh.
Menurut penelitian, seseorang yang terdiagnosis menderita osteosarcoma terlokalisasi diperkirakan masih memiliki peluang hidup sebesar 60 persen selama setidaknya 5 tahun ke depan, dibandingkan mereka yang terdiagnosis menderita osteosarcoma metastasis yang hanya berpeluang 10 persen.
Sedangkan untuk kasus kanker tulang Ewing’s sarcoma yang telah terdiagnosis, penderita kondisi terlokalisasinya diperkirakan masih memiliki peluang hidup sebesar 70 persen setidaknya selama 5 tahun ke depan dibandingkan penderita kondisi metastasis yang hanya memiliki peluang 30 persen. Sama seperti osteosarcoma terlokalisasi, sebagian besar penderita Ewing’s sarcoma terlokalisasi juga berhasil sembuh dari penyakitnya.
Selain tingkat penyebaran, seberapa parah jaringan sel yang terkena kanker juga bisa berdampak pada kesempatan penderita untuk sembuh. Menurut penelitian, rasio peluang hidup penderita kanker tulang chondrosarcoma stadium rendah dengan penderita stadium tinggi selama setidaknya 5 tahun ke depan adalah 80 persen banding 30 persen.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar