Banyak orang merasa lebih relative mudah
untuk berdiskusi, mereflesikan keyakinan dan kelakuan, dan merasa jauh lebih
sulit berbicar tentang emosi mereka sehingga hamper tidak mungkin memikirkan
kesadaran spiititual mereka. Banyak dari kita belum pernah terllatih membagi
perasaan, dan sebetulnya tidak berani melakukan hal itu secara katif. Kurangnya
latihan itu memunculkan fenomena yang disebut buta huruf emosional, dimana kita
dibatasi oleh kekurangan kosakata yang tepat. Kita tidak bisa mengungkapkan
perasaan karena kita tidak punya kata-kata untuk menggambarkannya. Berbahagialah,
situasi ini membaik ketika orang menjadi sadar diri. Nasihat ini telah menjadi
arus utama dan terjadi peningkatan pemahaman bahwa berbicara tentang perasaan
kita adalah hal yang baik. Namun, karena
kita mengembangkan pemahaman emosional kita, menjadi semakin nyata bahwa kita
perlu berusaha untuk menemukan kata-kata yang tepat untuk mengungkapkan
spritualitas kita. Masih banyak kebingungan berkaitan dengan kata “spiritual”
ini dan orang sangat ingin mengetahui apa persisnya yang dimaksud dengan kata
iitu. Apakan itu adalah sesuatu yang berhubungan dengan agama, dan agama apa? Haruskah
saya percaya pada tuhan? Apa ada hubungannya dengan orang mati, sejenis
pemujaan,perilaku menakutkan dan aneh? Apakah itu sesuatu dari dunia lain dan
hal itu menyebabkan kerasukan? Apakah saya harus merubah perilaku saya dan
berhenti melakukan semua hal yang saya sukai? Apakah saya harus memakai pakaian
khusus, makan biji-bijian atau menghabiskan waktu berjam-jam bermeditasi? Apakah
saya melihat hantu, mengambang di udara dan berbicara dengan orang mati? Apa saya
harus berhenti bermain sepak bola, minum anggur, mencat rambut? (silahkan
tambahkan ketakutan lain pada daftar ini).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar